Blog ASMAT SIAGIAN

Blog Asmat Siagian berisi tentang pribadi, hobby, keluarga, pandangan/pendapat juga tulisan-tulisan berbagai hal. Terutama tulisan-tulisan tentang adat istiadat Batak khususnya adat Sidippuan yang disajikan secara sederhana diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan.

Senin, 31 Mei 2010

DALIHAN NA TOLU

Dalihan Na Tolu kalau diterjemahkan secara bebas kedalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya Tungku Api (tempat memasak) yang Tiga. Pada jaman dahulu atau mungkin saat sekarang di perkampungan masih banyak ditemui tungku api yang terbuat dari batu atau yang lainnya yang dipergunakan sehari-hari untuk memasak menggunakan kayu bakar. Pada saat ini mungkin sudah lebih banyak yang menggunakan kompor minyak tanah bahkan kompor gas sebagai alat memasak.

Dalam tradisi Adat Batak Filosofi Dalihan Na Tolu ini sangat penting, bahkan selalu diajarkan secara turun temurun. Dalam tradisi Batak Dalihan Na Tolu dimaksudkan hubungan kekeluargaan yang berlaku bagi semua keluarga Batak yang berarti Suhut (Kahanggi), Anak Boru dohot Morana.

Suhut (kahanggi) adalah pemilik / perawis keluarga dari suatu keluarga sedarah/semarga yang memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup suatu keluarga. Yang juga berarti penanggung jawab kebutuhan sebuah keluarga. Dalam tradisi keluarga batak, saudara sedarah (semarga) biasanya bekerja sama atau bergotong royong menafkahi dan memenuhi semua kebutuhan keluarga.

Anak Boru adalah anak perempuan sedarah (semarga) disebut juga sebagai Iboto yang menikah dengan marga lain atau suku lainnya. Anak boru ini sering juga sebagai "Si Tamba Na Hurang, Sihorus Na Lobi" yang berarti penambah kekurangan dan mencukupkan kelebihan. Dapat juga diartikan anak boru ini yang bertanggung jawab terhadap pengaturan, pendistribusian segala keperluan keluarga, hal ini akan sangat terlihat didalam pesta adat bahwa anak borulah yang bertanggung jawab dalam memasak, menyajikan (mangoloi) dan mencuci piring (membenahi semua peralatan).

Mora adalah keluarga laki-laki dari "Isteri Suhut" yang dalam adat batak sering juga disebut hula-hula merupakan pihak yang senantiasa harus dihormati dan dijunjung tinggi karena telah memberikan isteri sebagai ibu bagi pewaris keturunan (marga) kepada suhut. Penghormatan terhadap mora (hula-hula) sesuai juga dengan kedudukan didalam keluarga mora yaitu sebagai anak boru.

Hubungan Suhut (kahanggi) dan anak boru sangat dekat saling menyayangi, saling menghormati dan saling membantu dan melindungi karena anak boru (Iboto) merupakan saudara sedarah yang menikah dengan keluarga (marga) lain dan membentuk keluarga baru dan sebagai ibu pewaris bagi marga suaminya.

Kedudukan dan tanggung jawab masing-masing sangat baik dan sangat jelas sehingga apabila dikaitkan dengan Dalihan Na Tolu akan terlihat keharmonisan hubungan setiap keluarga. Dasar dari keharmonisan itu adalah persamaan derajad kemanusiaan, saling membantu dan saling menyayangi sesama. Dalihan na tolu itu akan ada apabila didukung tiga unsur kesamaan dan keselarasan sehingga dapat dipergunakan untuk membentuk keluarga yang kokoh.

Dalam adat Batak yang memiliki tanggung jawab dalam adat yaitu orang yang sudah menikah (dipatobang adat) dan yang belum menikah sering kali disebut sebagai Naposo dan Nauli Bulung didalam pesta adat Naposo dan Nauli Bulung ini sifatnya hanya membantu kelancaran sebuah pesta adat.

Dalihan Na Tolu apabila diurai makna dan filosofinya akan sangat luas, uraian ini hanya sebagian kecil namun apabila prinsip dasar Dalihan Na tolu ini dipegang dan dijalankan setiap keluarga Batak akan tercipta keluarga yang kokoh, saling menopang dan menciptakan generasi penerus yang kokoh dan berkarakter baik.....semoga, Amin !

Rabu, 26 Mei 2010

Sidippuan Nauli

Kota Sidempuan dalam tutur kata penduduk menyebut "Sidippuan", hal ini sering terjadi dalam bahasa Batak dimana bahasa tulisan dengan bahasa tutur sangat berbeda. Mungkin hal ini karena kebiasaan atau mungkin bahasa tulis seringkali terpengaruh dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.

Sidippuan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara seringkali disebut sebagai Akkola (Angkola) dan sebagian penduduk lebih suka disebut sebagai Batak Akkola (Angkola)yang merupakan bagian dari Suku Batak.

Suku Batak dibagi dalam beberapa sub Suku antara lain : Toba, Akkola, Mandailing, Karo, Dairi, Simalungun dan lain sebagainya. Setiap sub suku ini memiliki kekhususannya masing-masing yang membedakan satu dengan lainnya. Hal yang membedakan antara lain dari bahasa dan logat bahasa yang berbeda, pelaksanaan upacara adat, dll. Walaupun perbedaaan antara sub suku tersebut sering kali hanya dalam logat bahasa tutur.

Sidippuan atau masyarakat Sidippuan lebih condong memiliki bahasa tutur yang merupakan campuran antara bahasa batak toba, mandailing dan bahasa pesisir (sibolga)karena secara geografis Sidippuan berbatasan dengan daerah tersebut dan penduduknya campuran dari berbagai sub suku yang ada di Sumatera Utara.

Potensi Sidippuan sangat besar dibidang perekonomian, pertambangan, perkebunan, peternakan dan perikanan dan sektor-sektor lainnya seperti budaya dan pariwisata.
Pembangunan diberbagai sektor ini pun terus berjalan.

Banyak hal menarik tentang Sidippuan yang sering dijuluki sebagai Kota Salak yang dialiri sungai Aek Batang Ayumi, Aek Saguppal Bonang, Aek Rokkare dan Aek Sibottar ini. Sebagai yang mengaku halak Sidippuan Nauli ....yang sudah lama meninggalkan kotaku tercinta .... saya masih memiliki berjuta kenangan yang indah dikota ini. Kenangan masa kecil dan masa remaja yang indah....

Minggu, 23 Mei 2010

MARGAKU

Asmat "(Siagian)" ....itu yang tertulis di semua dokumen, mulai dari lahir mungkin nanti sampai ajal. Siagian marga yang didapat dari orang tua, kakek dan seterusnya. Asal usulnya ada dalam tarombo orang batak, walaupun sampai saat itu belum pernah kulihat bentuk tarombo margaku itu.

Memang orang tua, nenek pernah sekilas bercerita tentang asal usul margaku waktu masih kecil tapi saat ini ingatan tentang marga hanya sepotong-sepotong. Setelah memiliki keturunan keinginan untuk menceritakan ke anak-anak (bahkan cucu nantinya) mulai muncul dan keinginan itu semakin besar seiring dengan perkembangan anak-anak.

Apa buktinya kita sebagai orang Batak ? apakah hanya sebatas marga ? tentu menurut pemikikanku hal itu tidak cukup. Batak itu sebagai salah Satu Suku Bangsa yang besar di Indonesia bahkan mungkin di Dunia memerlukan pengetahuan yang memadai tentang Batak yang meliputi aspek Silsilah (asal-usul), Adat Istiadat, Keberagaman marga dan hubungan antar marga dan perkembangan keturunan marga itu sendiri. Dan mungkin masih banyak lagi yang harus diketahui dan dipelajari lebih dalam agar sebagai generasi penerus orang tua kita juga bisa mewariskannya ke anak dan cucu kita kelak.

Di-era Globalisasi informasi saat itu, hal kehilangan informasi seharusnya tidak boleh terjadi, sedikit demi sedikit pengetahuan tentang "MARGA" dan "Batak" itu mulai mudah didapatkan.

Beragam perkumpulan (Parsadaan Halak Batak) mulai bermunculan, bahkan di dunia maya sudah banyak sekali perkumpulan. Segala informasi bisa dan mudah didapatkan, namun informasi yang akurat dari para pengetua adat masih sedikit sekali. Sudah saatnya para Generasi Muda "Batak" menggali semua peninggalan budaya kita dan membukukan semua hal tentang "Batak dan Marga" agar generasi yang akan datang dapat mengetahui akar budayanya.

Dengan mengetahui berbagai hal tentang "Marga"-nya, generasi batak selanjutnya akan menjadi generasi Batak yang memiliki karakter "Kebatakannya". Dengan segala kekurangan dan kelebihannya aliran darah "Batak" terus akan membentuk watak / karakter generasi batak yang kuat dan dapat bersaing di tingkat Nasional, Regional bahkan Internasional. ...........Semoga !!!!

Selasa, 18 Mei 2010

SIBANGKUA


Desa sibangkua terletak di Kecamatan Padang Sidempuan Barat, denganjarak 12 km dari pusat kota Padang Sidempuan. Penghasilan utama penduduk sebagai perkebun salak disamping ada juga lahan sawah, perkebunan karet, kopi dll. Desa ini menjadi stategis karena menghubungkan dan jalan lintas Barat menuju Kota Sibolga, Tarutung sedangkan dari arah Sibolga merukan lintas ke kota Panyabunga, Kotanopan, Bukit Tinggi dan kearah Sipirok, Padang Lawas, Pekan Baru.
Letak desa di dataran tinggi menjadikan desa ini, memiliki iklim yg sejuk bahkan cenderung dingin.

Perintis adanya desa Sibangkua yg didominasi bermarga Siagian, menjadikan penduduk desa kebanyakan bermarga Siagian. Desa yang masih mempertahankan trasisi Batak Dalihan Na Tolu ( Kahanggi, Anak Boru dohot Mora ) sangat dijunjung tinggi. Termasuk upacara-upacara adat seperti Marhorja, Manortor sampai saat ini masih dipertahankan sesuai dengan adat dan tradisi yang telah turun temurun dilaksakan.

Perkembangan penduduk yang begitu pesat, atau akibat lain membuat sebagian warganya pindah atau merantau ke Desa Lain atau bahkan merantau ke berbagai penjuru Tanah Air bahkan ke Negara Lain. Halak Sibangkua yang ada di perantauan cukup besar jumlahnya, baik itu melanjutkan pendidikan ataupun pindah menetap.

Sebagai Tano Hatubuan Sibangkua sangatlah dirindukan warganya yang merantau. Dan tak mengherankan di tempat perantauanpun masyarakat dari Sibangkua senantiasa menjalin komunikasi, silaturrahmi dengan sesamanya dengan membentuk Perkumpulan Halak Sibangkua.

Kamis, 13 Mei 2010

Salak Sibakkua

Salak Sibakkua dipangan sada mangido dua.....ima najot-jot binege, hata tu salak sibakkua. Salak Sibakkua tarjamita do tu huta na lain. Salak sian Sibakkua adong rasa na khusus kandungan aek na bahat dungi rasona pe marragam-ragam do, adong na manis, asom bahkan sapot.

Pangalaman sian menek, hami namarsalak adong do sapeto cara mambaen salak sibangkua so umpade. Pengalaman sian amang Alm. Sutan Mara Siagian bope Abang Amir Hot Siagian / Amir Husein Siagian ima nadung mancubona di Sia Marina. Raso ni salak bisa do ummanis dungi umgodong-godang do asal dirawat umpade.

Adong do kekhususan sian salak sibakkua atau pe salak di sidippuan, ima adong warna na bottar, na rara atau pe campuran di nabottar dohot na rara.

Saleleng on, parkobun salak hurang do mangalingin pamaliaroan di kabon salak, ima namambaen salak sibakkua manjadi manurun kualitasnya. Padahal parkobunan salak sibakkua no namanopang ekonomi di huta bahkan bahat do halak sibakkua dadung marhasil pasikolaon anak bope boruna sian panghasilan ni salak sibakkua.


Cara papadehon mutu di salak :

1. Bibit na sian salak namanis boti godang-godang melalui Anakan (stek)
2. Peremajaan salak danung matobang harana inda produktif be
3. Manapui
4. Bambakkari

Rabu, 12 Mei 2010

Tano Hatubuan

Terlahir di Kota Padang Sidempuan, masa kecil hingga SMP dihabiskan di Padang Sidempuan, SLTA melanjutkan sekolah ke Bogor. Banyak adat istiadat, tarombo, silsilah kekeluargaan yang tidak diketahui.

Selanjutnya bekerja, berkeluarga dan memiliki anak tinggal di rantau, dan jarang sekali memiliki kesempatan untuk pulang kampung. Hidup di rantau serasa tidak lengkap tanpa adanya pengetahuan yang cukup tentang silsilah keluarga, adat istiadat untuk menceritakan ke anak-anakpun tidak bisa.

Keingintahuan itu semakin tinggi ketika berhubungan dengan saudara-saudara sesama perantau. Selama ini memang saya sudah banyak mengikuti parsaddaan halak kita, namun pengetahuan tentang adat istiadat, tarombu, partuturan sangat kurang diantara anggotanya.

Mungkin perlu bagi kita, terutama yang memiliki pengetahuan untuk membagikannya melalui berbagai tulisan atau mengadakan acara parsaadaan samarga, sekampung dlll